2 Kor 1:1-7 | Mzm 34:2-9 | Mat 5:1-12
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah.
Pada suatu hari Yesus naik ke atas bukit, sebab melihat orang banyak. Setelah Ia duduk, datanglah murid-muridNya kepadaNya. Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kataNya: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."
---ooOoo---
Kotbah di bukit merupakan sebuah masterpiece seni yang luar biasa di dalam seluruh bangunan rohani karya Yesus Kristus. Mulai hari ini kita akan membahas pokok-pokok indah kotbah yang mengagumkan banyak orang tersebut. Kita awali dengan SABDA BAHAGIA. Hakekat Sabda Bahagia adalah menggugat kemapanan, termasuk cara hidup sebagai orang beriman. Dengan ucapan radikal ini, Yesus menjungkirbalikkan seluruh paradigma sosial yang dihayati masyarakat umum. Apakah Yesus mau menghancurkan hidup umat? Tidak! Yesus mengajak kita menyadari sisi lain dari hidup iman yang perlu ditegakkan, agar pribadi manusia mencapai kepenuhannya. Orang perlu berjuang untuk hidup sejahtera, tetapi kesejahteraan tak boleh merusak kendali diri, agar tidak diperbudak nafsu. Misalnya, orang yang sudah kaya harus memiliki semangat kemiskinan, agar ia tidak lupa menolong orang miskin.
Yesus getol menyuarakan pembaharuan ini, karena umat yang tenggelam dalam kemapanan tidak lagi melihat pentingnya berjuang. Padahal di sini pribadi-pribadi beriman ditempa untuk selalu sadar akan hakekat dirinya sebagai anak-anak Tuhan, yang dituntut hidup kudus dan tak tercela di hadapan Tuhan. Inilah seruan yang sangat penting untuk diresapi dan dihayati oleh umat Kristiani. Kita tak boleh tenggelam dalam kemapanan lalu memuaskan diri dengan semua fasilitas yang kita miliki. Tidak! Itu akan menurunkan derajat kesadaran, yang pada gilirannya akan menjebak diri kita ke dalam dosa. Dan kita tahu, dosa adalah gerbang menuju kehancuran jiwa. (ap)
- Temukanlah kemungkinan-kemungkinan pembaharuan diri secara radikal yang dapat anda lakukan.
- Daya apa yang anda butuhkan untuk mewujudkan langkah pembaharuan ini?
Disalin dari buku Berjalan Bersama SANG SABDA, Refleksi Harian Kitab Suci 2015 - Provinsi SVD Jawa