Pesta St. Tomas, Rasul - 3 Juli 2013
Mendengar nama Tomas, pikiran banyak orang Kristiani langsung tertuju kepada pribadi yang kurang percaya. Ketika masih di sekolah dasar, seorang yang kurang percaya pada cerita teman sering kami panggil dengan sebutan Tomas. Benar, Tomas tampil sebagai pribadi yang secara jelas menyatakan tidak percaya pada kebangkitan Yesus. Namun satu hal yang dilupakan ialah, sesudah penampakan itu, di mana ia mencucukkan jari ke dalam lambung Yesus yang tertembus tombak, Tomas tampil sebagai pribadi yang konsisten pada iman. Pastia ia bertobat dari rasa tidak percaya itu. Imannya yang kuat dikokohkan. Menurut tradisi, Tomas kemudian menjadi pewarta iman sampai ke negeri India, di mana ia akhirnya mencapai mahkota kemartiran sebagai karunia terbesar iman dan karya pelayanannya.
Pada pesta Santo Tomas, kita semua merenung sejenak hakekat diri sebagai manusia yang berdosa dan banyak kali kurang beriman. Secara formal kita menyebut diri orang beriman tetapi kenyataan sering berbicara lain. Pertama-tama, kita memang kurang beriman tetapi pura-pura tampil sebagai orang beriman kuat.
Kita bersandiwara di depan orang lain, biar orang tidak tahu kadar iman kita yang sebenarnya. Kedua, kita kurang beriman tetapi tidak menyadari kekurangan itu, sehingga tidak ada niat untuk memperbaiki menjadi lebih baik. Apapun alasannya, kurang iman membuka pintu bagi kuasa kegelapan untuk menyetir hidup kita. Maka marilah kita sesering mungkin merenungkan kualitas iman kita. Jika kita memang kurang beriman seperti Tomas, perlualah kita memohon Tuhan menguatkan iman kita agar semakin matang dan tahan uji terhadap segala tantangan dan godaan. (ap)
- Pernahkah Anda mengagumi pribadi Tomas? Apa kualitas pribadi itu?
- Belajarlah memperbaiki diri dari kekurangan. Tuhan menghargai perjuangan manusia.
Diringkas dari buku Berjalan Bersama SANG SABDA
Refleksi Harian Kitab Suci 2010
Provinsi SVD Jawa
Pemakai buku ini diperkenankan untuk mengutip teks dengan menyertakan catatan sumber