Bacaan Kitab Suci: Kel 34:29-35 | Mzm 99:5-7.9 | Mat 13:44-46
Pada mulanya, Ignasius Loyola adalah seorang prajurit golongan ksatria dari keluarga bangsawan Basque, Spanyol. Ia terlibat dalam sejumlah pertempuran. Ketika turut serta dalam perang Pamplona di tahun 1521, ia terluka dan harus mundur dari pertempuran. Dalam proses penyembuhan itu, secara kebetulan ia membaca buku Da Vita Christi tulisan Ludoph Saxoni. Pada mulanya ia membaca itu karena tak ada yang bisa dikerjakan. Tak ada orang lain yang menemani. Ditambah lagi, tidak ada bacaan lain. Ternyata, semakin ia membaca semakin ia tenggelam ke dalam renungan pribadi. Pengalaman rohani inilah yang mendorong dirinya untuk meninggalkan dunia militer dan mengabdikan diri untuk bekerja bagi Tuhan dan Gerejanya. Ia sempat ke tanah suci untuk bergabung dengan biarawan Fransiskan namun dikirim pulang. Ia juga menggunakan waktunya untuk belajar bahasa Latin serta teologi. Ketika itu Gereja sedang gencar dilawan oleh kaum reformis yang berpihak pada kubu Protestan. Sadar akan bahaya itu, Ignasius bersama sejumlah sahabat mempersembahkan diri untuk membela Gereja. Serikat Jesus (SJ) didirikan pada tahun 1539 dengan ketaatan penuh pada Gereja dan Hirarkinya. Pertemuan secara tak sengaja dengan Tuhan dalam bacaan di atas telah menjadi titik balik dalam hidupnya. Ia menemukan harta yang lebih berharga dari nilai-nilai kehormatan kelas prajurit yang diperjuangkannya.
Kerajaan Allah itu seumpama harta terpendam di ladang yang ditemukan oleh seseorang. Ia lalu menjual semua harta miliknya untuk membeli ladang itu. Temuan harta itu bernilai jauh lebih tinggi daripada seluruh miliknya maka pengorbanan semua harta milik setimpal dengan hasil yang diperoleh. Bagi Ignasius, harta terpendam itu adalah karya di ladang Tuhan. Dengan karya ini, Ignasius mendapat sebuah peranan baru di medan pertempuran yang baru dan terutama memberi sumbangan baru bagi perkembangan kerohanian Gereja. Latihan rohani Ignasian sangat luas dipergunakan dan diadopsi oleh berbagai kalangan Gereja.
Dalam skala berbeda, kita pun sebetulnya memiliki pengalaman spiritual penemuan harta terpendam itu. Akan tetapi apakah kita berani untuk meninggalkan segala yang lain dan berjuang untuk mencapai harta terpendam itu? Ada banyak tantangan. Yang paling biasa adalah kita tidak berani meninggalkan kemapanan hidup. Kita sudah memiliki pekerjaan, prospek masa depan, harta milik, peranan sosial dan lain sebagainya. Meninggalkan semua ini demi melayani Gereja?
Sesungguhnya meninggalkan semua tidak berarti harus hidup dalam kemiskinan. Yang paling praktis yang bisa dilakukan adalah mempersembahkan sebagian waktu untuk pelayanan umat Allah. Kita dapat tetap meneruskan karir, usaha dan pekerjaan tetapi kita juga tidak melupakan Tuhan. Temukanlah harta terpendam yang dipersiapkan Tuhan bagi Anda.
- Apakah anda berniat mencari harta terpendam yang dipersiapkan Tuhan bagi Anda?
- Siapkah Anda untuk menerima penyelenggaraan Tuhan?
----------
Disalin dari buku Berjalan Bersama SANG SABDA
Refleksi Harian Kitab Suci 2013
Provinsi SVD Jawa
*Pemakai buku ini diperkenankan untuk mengutip teks dengan menyertakan catatan sumber*