Hagiografi
Perayaan Ekaristi Hari Minggu Sabtu: 18.00; Minggu: 06.30, 08.30, 17.00
Perayaan Ekaristi Harian Senin - Sabtu: 05.30

Bacaan Kitab Suci: 2 Kor 9:6-10, Mzm 111:1-2. 5-8, Yoh 12:24-26

Santo LaurentiusSejak awal pertumbuhan Gereja, karya pelayanan kepada anggota jemaat sudah mendapatkan perhatian besar. Di antara anggota jemaat, cukup banyak yang terdiri dari kalangan orang miskin dan tak mampu, orang-orang sakit, para janda dan yatim piatu. Sesuai semangat yang dibawa oleh Yesus untuk mengutamakan orang kecil dan terabaikan, kemudian dibentuklah jabatan diakon dalam hirarki Gereja.

St. Laurensius hidup pada abad ketiga. Ia adalah salah seorang dari ketujuh Diakon Roma di bawah Paus St. Sixtus II yang hidup pada masa awal pertumbuhan Gereja di Roma. Waktu itu menjadi pengikut Kristus (Kristen) adalah suatu pilihan hidup dan mati. Kaisar sangat memusuhi kaum Kristen. Gereja berkembang di bawah tanah, dalam arti kiasan maupun dalam arti sesungguhnya. Dalam arti kiasan maksudnya adalah tidak diakui negara, tidak resmi dan sembunyi-sembunyi. Di bawah tanah dalam arti sesungguhnya adalah bahwa praktek keagamaan dan ritus Ekaristi dan aktivitas katekese (pengajaran) kebanyakan dilaksanakan di kuburan-kuburan bawah tanah di sekitar kota Roma. Nah, dalam konteks seperti itulah St. Laurentius menjalankan tugas pelayanannya. Ia mengantar komuni, mengunjungi orang sakit serta melayani orang-orang miskin.

Ketika ia akhirnya ditangkap oleh penguasa Roma dan diminta menunjukkan harta kekayaan Gereja, kemudian dengan gagah berani ia menghadapkan orang-orang gelandangan, cacat, miskin dan terlantar di hadapan penguasa, ia mengatakan bahwa mereka inilah harta kekayaan Gereja. Penguasa Roma itu menjadi sangat murka. Dalam amarahnya ia memerintahkan agar Laurensius dijatuhi hukuman mati secara perlahan dan kejam. Laurensius diikatkan pada panggangan besi raksasa yang dipanaskan di atas api yang kecil sehingga api memanggang daging tubuhnya secara perlahan-lahan. Laurensius memang terbakar, tetapi bukan oleh api, melainkan oleh rasa cinta yang amat mendalam kepada Tuhan. Oleh karena itu, Laurensius menjalani siksaannya dengan ketabahan yang mengagumkan. Tuhan juga memberinya kekuatan dan sukacita yang luar biasa, hingga Laurensius masih sempat bercanda, “Balikkan tubuhku,” katanya kepada algojo, “yang sebelah sini sudah matang!”

Kemudian, ”Ya, sudah cukup matang sekarang!” Sementara Laurensius terbaring sekarat, wajahnya memancarkan sinar surgawi. Laurensius berdoa agar penduduk kota Roma bertobat dan berbalik kepada Yesus. Usai mengucapkan doanya, Laurensius pergi menjumpai Yesus, Paus Sixtus dan semua para kudus di surga.

Keberanian serta ketabahan Laurensius menyentuh banyak orang sehingga banyak penduduk Roma yang akhirnya bertobat. St. Laurensius wafat pada tanggal 10 Agustus tahun 258. Pestanya dirayakan setiap tanggal 10 Agustus. Demi menghormatinya, Kaisar Konstantinus membangun sebuah basilika yang indah. Nama St Laurensius ada di antara para kudus Dalam Doa Syukur Agung Pertama dalam Misa.

Gereja tetap memelihara semangat pelayanan (diakonia) sebagai roh pemberi jati diri Gereja Katolik. Dengan kata lain, Gereja ada untuk melayani; tanpa pelayanan jangan menyebut diri sebagai Gereja.

  • Apakah kita masih memiliki semangat pelayanan?
  • Ataukah kita masih suka menghitung-hitung untung-rugi dalam karya pelayanan kita?

Disalin dari buku Berjalan Bersama SANG SABDA dan dilengkapi kutianp dari Yesaya Indocell
Refleksi Harian Kitab Suci 2013
Provinsi SVD Jawa
*Pemakai buku ini diperkenankan untuk mengutip teks dengan menyertakan catatan sumber*