Aloysius Gonzaga: Luigi dilahirkan di Lombardia, sebagai anak sulung keluarga Pangeran Castiglione. Ibunya memandang dia sebagai karunia istimewa Tuhan. Maka ia membesarkannya dengan penuh perhatian dan bijaksana. Sebab ia berharap kelak ia dapat terpilih menjadi pekerja di kebun anggur Tuhan. Akan tetapi ayahnya mempunyai cita-cita lain atas anaknya; sejak usia 6 tahun, Luigi selalu diajak pergi ke tempat tugas sebagai komandan pasukan. Ia berharap Aloysius kelak menjadi tentara yang perkasa. Namun Aloysius tidak senang dengan cara hidup yang kejam dan bejat di kalangan perwira dan ningrat di istana-istana raja.
Aloysius menjaga kesuciannya dan hidup sebagai pemuda yang sangat cermat dan baik dalam menggunakan waktunya. Akhirnya, ia mengundurkan diri dari dinas ketentaraan. Dan pada usia 16 tahun ia memutuskan masuk Serikat Jesus. Ia ditolak dengan alasan masih terlalu muda. Tahun berikutnya pun permohonannya belum terkabul. Namun akhirnya ayahnya mengijinkan juga Luigi masuk kolese Serikat Jesus di Roma. Aloisius membisikkan rasa leganya dalam kata-kata: "Di sinilah tempat ketenanganku, di sinilah aku ingin menetap." Ia sangat tekun berdoa, mati raga dan bersikap rendah hati. Dua tahun kemudian ia mengucapkan kaul dan belajar teologi.
Semua berjalan lancar sampai saat wabah pes menyerang kota Roma. Para Jesuit membuka sebuah rumah sakit darurat untuk menolong para korban bencana itu. Aloysius terus bekerja di rumah sakit itu tanpa menghiraukan kesehatannya sehingga akhirnya terjangkit pes. Pada usia yang masih sangat muda (23 tahun) ia dipanggil Tuhan.
Aloysius (1568 - 1591), novis Jesuit; pelindung kemurnian kaum muda, seorang frater dengan bunga lili (bakung). Pesta: 21 Juni
Sumber: Ensiklopedi Orang Kudus - Adolf Heuken - Jakarta : Yayasan Cipta Loka Caraka, 1992.