Fransiskus Xaverius lahir dari sebuah keluarga bangsawan kaya di Spanyol. Saat kuliah di Paris--Prancis, Fransiskus berkenalan dan berteman dengan Ignatius Loyola, yang kelak akan berpengaruh besar terhadap perjalanan hidup Fransiskus sebagai misionaris.
Inilah pertanyaan dalam diri Fransiskus yang mengubah hidupnya: "Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, namun kehilangan jiwanya?" Pertanyaan itu mengilhami Fransiskus untuk mengabdikan hidupnya bagi penyebaran Injil dan pembangunan Kerajaan Allah di dunia. Bersama Ignatius Loyola dan kawan-kawan lainnya, Fransiskus mengucapkan kaul kemiskinan dan kemurnian hidup, yang juga menjadi awal berdirinya ordo Serikat Yesus (SJ).
Fransiskus kemudian diutus oleh Raja Portugis untuk menyebarkan Injil di salah satu negara jajahan Portugis: India. Pewartaan dan kesalehan hidupnya menarik banyak orang di sana. Dalam waktu satu bulan, ia telah berhasil membaptis 10.000 orang di Goa. Ia juga membela orang-orang pribumi yang menderita karena tekanan penguasa kolonial.
Setelah itu Fransiskus dkk. bertolak ke Malaka, di mana ia mewartakan Injil dan membina akhlak rakyat yang sempat merosot karena hidup berkecukupan. Fransiskus bahkan menerjemahkan doa-doa dan ajaran Kristen ke dalam bahasa Melayu untuk memudahkan pengajarannya.
Dari Malaka, Fransiskus bertolak ke Maluku (Ambon). Di kapal, dalam perjalanan itu, ia melayani sakramen-sakramen bagi para pelaut. Sedang di Ambon, ia membaptis 1000 orang, dan menyebarkan ajaran Kristen. Baik orang Portugis maupun orang Ambon dan Ternate, diajarinya berdoa dan menyanyikan lagu-lagu suci setelah Fransiskus mempertobatkan mereka.
Selain India dan Indonesia, Fransiskus Xaverius juga sempat berkarya di Jepang. Setelah itu ia diperintahkan untuk menuju ke daratan Cina. Namun ketika baru berlabuh di Cina, Fransiskus tiba-tiba jatuh sakit, dan akhirnya meninggal dunia.
St. Fransiskus Xaverius dikenal sebagai "Misionaris Perintis Agama Salib" di Asia dan misionaris terbesar semenjak Santo Paulus. Di tiap daerah yang sempat disinggahinya, ia mendirikan sekolah-sekolah serta pusat katekumenat. Ia juga selalu mendidik dan menyiapkan imam-imam pribumi di masing-masing tempat untuk meneruskan karyanya kelak. Begitu besar keinginannya untuk menyebarkan agama Kristen, ia sampai belajar bahasa daerah di tempat yang disinggahinya, demi kesuksesan karya misionernya. Karenanya, St. Fransiskus Xaverius diangkat sebagai pelindung utama karya misi, terutama di negeri-negeri asing.
St. Fransiskus Xaverius dikanonisasi sebagai Santo pada tanggal 12 Maret 1622, dan diperingati setiap tanggal 3 Desember.
Disarikan dari artikel di Laman Gereja Katolik di Facebook (http://www.facebook.com/gerejakatolik)