Kis 6:1-7 | Mzm 33:1-2.4-5.18-19 | Yoh 6:16-21
Para murid melihat Yesus berjalan di atas air.
Setelah mempergandakan roti dan memberi makan lima ribu orang, Yesus mengundurkan diri ke gunung. Ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, sedang laut bergelora karena angin kencang. Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. Tetapi Yesus berkata kepada mereka, "Ini Aku, jangan takut!" Mereka lalu mempersilahkan Yesus naik ke perahu, dan seketika juga perahu mereka sampai ke pantai yang mereka tuju.
---ooOoo---
Menyadari beratnya misi di jaman dahulu, para misionaris Eropa yang bekerja di daerah-daerah terpencil melengkapi diri dengan keahlian praktis seperti pertanian, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Ketika masih kecil, saya melihat misionaris-misionaris yang juga membagi-bagi obat, mengajari orang cara pertanian yang efektif, merancang irigasi, mendirikan sekolah dan ikut mengajar di sana. Maka umat tidak hanya mendapat siraman rohani tetapi juga pengetahuan umum yang bisa diterapkan dalam hidup sehari-hari. Di saat itu, misionaris bisa diandalkan dalam banyak hal.
Sesudah peristiwa perbanyakan roti, persepsi para murid tentang Yesus pasti berubah. Mereka pasti mengagumi, segan dan takut, bercampur bangga dan sukacita. Namun pasti mereka belum sampai pada tahapan rohani untuk mengandalkan Yesus dalam hidup mereka. Hal itu langsung terbukti dalam cobaan pasca mujizat perbanyakan roti. Ketika Yesus mendatangi mereka dengan berjalan di atas air dalam badai yang bergelora, tak ada yang berpikir, bahwa Sang Guru yang baru saja memperbanyak roti bisa melakukan hal serupa. Yesus tetap menyertai dan meneguhkan mereka. Pematangan iman para murid berjalan tahap demi tahap. Mereka akan mencapainya kalau mereka membuka diri bagi karunia pembaharuan oleh Yesus.
Kerohanian kita selaku umat beriman juga berkembang dari waktu ke waktu. Seperti murid-murid di jaman Yesus, kita hanya perlu membuka diri bagi warta pembaharuan yang disampaikan Yesus. Namun seringkali kita sudah merasa puas diri dengan pencapaian yang kita raih lalu berhenti melakukan olah rohani. Di sini proses perkembangan itu terhenti. Kita tak akan pernah mencapai kedalaman iman. Karena itu, seraya bersukacita atas karunia iman, kita perlu terus mengolah kerohanian kita dalam aneka latihan rohani. Yakin, dalam Yesus tak ada yang tak mungkin. (ap)
- Bisakah anda mengukur pencapaian rohaniah anda saat ini?
- Menurut anda, masih perlukah anda meningkatkannya dalam latihan rohani lanjut?
Disalin dari buku Berjalan Bersama SANG SABDA, Refleksi Harian Kitab Suci 2015 - Provinsi SVD Jawa