Sharing
Perayaan Ekaristi Hari Minggu Sabtu: 18.00; Minggu: 06.30, 08.30, 17.00
Perayaan Ekaristi Harian Senin - Sabtu: 05.30

Kita semua tahu bahwa bergosip itu adalah kebiasaan yang tidak baik namun seringkali kita secara sengaja maupun tidak melakukannya. Di situs ini masih ada sebuah artikel humor mengenai Komunikasi Internal Perusahaan yang tidak benar sehingga membuat kekeliruan mengenai informasi gerhana matahari. Menarik kalau kita baca sebelum melanjutkan dengan sharing ini.

Sebenarnya apa sih makna kata gosip, apa kata Alkitab mengenai kebiasaan yang satu itu, bagaimana menurut orang kudus mengenai kebiasaan yang satu ini? Menurut situs Wikipedia.org, bahasa Inggris; Gosip berarti 'omong kosong' atau 'rumor', terutama tentang urusan pribadi atau pribadi orang lain. (http://en.wikipedia.org/wiki/Gossip)

Apa kata Orang Kudus
Seorang kudus yang bernama Filipus Neri yang hidup pada tahun 1515 - 1595 pernah memberi nasehat kepada seseorang yang mempunyai kebiasaan bergosip. Romo Neri memahami betapa pentingnya berbicara dengan bijaksana. Suatu hari seseorang datang kepadanya.

Minggu, 29 Desember 2013
HARI RAYA KELUARGA KUDUS

Pada waktu kami makan malam bersama; ada papa, mama, istri dan anak-anak saya; seperti biasanya kami saling 'sharing' Tiba giliran papa 'sharing', beliau menceritakan kisah yang berjudul Qi Ling Shan. Saya coba ceritakan ulang cerita ayah saya itu, kira-kira seperti di bawah ini:

Konon di China ada sebuah keluarga yang terdiri dari ayah (si kakek), anak (si ayah) dan cucu. Pada usianya yang sudah lanjut itu si kakek mulai pikun dan sakit-sakitan. Anaknya laki-laki yang tinggal bersamanya (si ayah) merasa bahwa orang tua ini merepotkan dan membuatnya tidak leluasa. Lalu ia berunding dengan anaknya (si cucu) untuk membuang orang tua itu ke gunung yang bernama Qi Ling Shan. Secara harafiah berarti "gunung tempat membuang arwah / jiwa". Karena tidak ingin melawan ayahnya maka sang cucu menyetujui usul tersebut.

Setiap orang tentunya ingin menjadi orang yang sukses dan berhasil, namun hanya sedikit orang saja yang berhasil mencapainya. Mengapa? Apakah faktor kemujuran yang menentukannya? Ataukah faktor kebetulan? Ada juga yang mengatakan untuk jadi orang sukses itu tergantung nasib. Jadi kalau memang nasibnya baik maka ia akan jadi orang yang sukses, tapi kalau nasibnya buruk maka usaha apapun juga tidak akan membuat dia sukses. Benarkah demikian?

Suatu kali ada seorang pemuda yang ingin belajar tentang kesuksesan, maka si pemuda ini datang ke sebuah kota yang telah banyak melahirkan orang-orang sukses. Disana ia bertemu dengan seorang tua bijaksana yang adalah orang terpandang di kota tersebut. Lalu si pemuda bertanya: "Pak, apakah rahasianya sehingga kota ini telah menjadi kota yang telah melahirkan banyak orang-orang besar?" Jawab orang tua tersebut "Satu hal yang perlu anda ketahui bahwa di kota ini tidak pernah ada "orang besar" yang dilahirkan, yang ada hanyalah bayi-bayi yang dilahirkan di kota ini dan setelah melalui proses dan perjuanganlah mereka akhirnya menjadi orang besar".

Form Petugas MisaKalau mau download denah tersebut silakan ambil filenya di sini (dalam format PDF). Ukuran file kurang dari 700 kilobytes.

Karya dari pak Rudi Kristanto
Hak cipta dilindungi undang-undang: wilayah VI St. Yohanes Pemandi, Lingkungan St. Yoseph

Merenungkan khotbah Romo dalam Perayaan Ekaristi Minggu Adven III tentang kerendahan hati Yohanes Pembaptis--yang meskipun berperan penting dalam mempersiapkan kedatangan Yesus namun tetap merasa bahwa ia bukan siapa-siapa (bahkan membuka tali kasut Yesus pun ia tak layak), membuatku teringat akan beberapa pengalamanku sendiri, yang ingin ku-sharingkan di sini...

Bicara tentang rendah hati itu gampang. Tapi sungguh, untuk benar-benar menjalankannya...sungguh sangat sulit! Apalagi kalau orang-orang di sekitarmu suka memuji-muji dirimu. Begini.. aku adalah seorang lektor yang lumayan sering bertugas di Perayaan Ekaristi. Banyak orang bilang suaraku bagus. Kalau kau terus-terusan dipuji, lama-lama kau pasti akan berpikir bahwa suaramu memang bagus kan? Nah, suatu saat ada lomba lektor tingkat Paroki. Aku diutus oleh wilayah (atau lingkungan ya? aku lupa..). Yang jelas, sebelum lomba aku sudah pede bahwa aku pasti menang, entah no. 1 atau paling jelek no. 3. Namun, apa yang terjadi?