Kis 13:13-25 | Mzm 89:2-3.21-22.25.27 | Yoh 13:16-20
Barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku.
Dalam perjamuan malam terakhir Yesus membasuh kaki para muridNya. Sesudah itu Ia berkata, "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya; atau seorang utusan daripada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan rotiKu, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku. Aku mengatakannya kepadamu sekarang sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya bahwa Akulah Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku."
---ooOoo---
Kesetiaan dan pengkianatan melingkupi kelompok murid tuhan. Ketika Ia memanggil murid-muridNya dan kemudian membentuk kelompok para rasul, jelas tak ada tujuan membina seorang pengkianat. Namun dalam perjalanan hidup, Yudas Iskariot berpaling dari kebenaran dan bergabung dengan lawan-lawan Yesus. Dalam kesempatan sebelum kematianNya, Yesus mengingatkan mereka tentang betapa mulianya kesetiaan dan betapa hinanya pengkianatan. "Seorang hamba tidaklah lebih besar daripada tuannya atau seorang utusan dari yang mengutusnya. Berbahagialah kamu jika kamu melakukannya", kata Yesus memuji kesetiaan. Namun Ia juga berujar dalam kegetiran, menyesali pengkianatan. "Orang yang makan rotiKu telah mengangkat tumit terhadap Aku", kata Yesus. Kita tahu, sebelas rasul tetap setia padaNya, sementara Yudas Iskariot memilih jalan kehancuran.
Walaupun iman itu adalah karunia Tuhan dan menerima Yesus adalah berkat, tidaklah mudah untuk memelihara dan mempertahankan anugerah tersebut. Saya mengenal sejumlah aktivis Gereja yang kini tidak lagi aktip. Yang lain telah meninggalkan Tuhan sama sekali setelah tidak sanggup melewati badai sekularisme ketika melanjutkan studi di Eropa. Di sebuah stasiun kereta api, saya disapa dengan sangat ramah oleh seorang perempuan berkerudung. Rasanya saya kenal. Ternyata ia dulu soerang dirigen umat di paroki tempat saya biasa melayani. Namun peralihan keyakinan itu belum setara dengan perusakan Gereja oleh kemunafikan anggota gereja sendiri yang terus bersikap seperti orang suci.
Di dalam diri masing-masing orang, ada potensi kesetiaan yang diharapkan Tuhan. Sadarilah itu dan peliharalah, agar terus menjadi berkat bagi dirimu dan sesamamu. Di saat yang sama, ada juga potensi pengkianatan. Sadarilah juga dan perbaikilah, agar tidak sampai menjeratmu ke dalam kehancuran jiwa. (ap)
- Pernahkah anda berkhianat kepada Yesus, apa pun alasannya?
- Pernahkah anda mendapat kesulitan dalam hidup karena kesetiaan pada Yesus?
Disalin dari buku Berjalan Bersama SANG SABDA, Refleksi Harian Kitab Suci 2015 - Provinsi SVD Jawa




