Kej 17:1.9-10.15-22 | Mzm 128:1-5 | Mat 8:1-4
Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan daku.
Setelah Yesus turun dari bukit, banyak orang berbondong-bondong mengikuti Dia. Maka datanglah kepadaNya seorang yang sakit kusta. Ia sujud menyembah Yesus dan berkata, "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." Lalu Yesus mengulurkan tanganNya, menjamah orang itu dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya. Lalu Yesus berkata kepadanya: "Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."
---ooOoo---
Perwujudan cinta. Ucapan Bahagia yang dikotbahkan oleh Yesus ketika turun ke kota. Sebelum pertemuan ini, Matius mencatat, bahwa semua orang yang mendengar pengajaran itu merasa takjub, karena ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka (mat 7:28-29). Kesan ini melekat kuat dalam hati banyak orang yang mengikutiNya turun dari bukit. Di antara mereka terdapat seorang kusta. Sebagai orang kusta, barangkali ia mendengar pengajaran itu dari jauh, karena pasti dihindari oleh orang banyak. "Berbahagialah orang yang berduka cita, karena mereka akan dihibur" (Mat 5:4). Bagi seorang kusta, tak ada hiburan yang lebih besar daripada sembuh dari penyakit terkutuk ini. Dengan iman inilah ia mendatangi Yesus. Kesembuhan pun ia peroleh, sukacitanya melangit, karena dengan itu hak-haknya sebagai anggota masyarakat akan dipulihkan.
Dalam mujizat ini, kita menemukan interaksi dua arah yang menggambarkan kerja sama Tuhan dan manusia dalam menegakkan keselamatan. Tuhan mewahyukan pesan keselamatan dan penghiburan, manusia menanggapinya dengan mengedepankan harapan untuk meraih karunia tersebut. Untuk tujuan itu Tuhan menuntut ungkapan iman dan manusia memenuhinya. Tanda ungkapan iman itu dijabarkan di dalam Kitab Imamat (14:1-20) tentang ketentuan pulihnya hak-hak seorang yang sembuh dari penyakit kusta. Kewajiban korban tersebut bukanlah harga yang harus dibayar, tetapi sebagai pengumuman kepada khalayak tentang karunia Tuhan atas orang itu. Dengan demikian, orang-orang lainpun turut melihat dan mengalami kebesaran Tuhan. Maka karunia kepada satu orang secara tidak langsung mengundang banyak orang mengimani Tuhan yang pemurah.
Ada banyak karunia Kristus yang kita alami, seperti hidup yang layak, pendidikan yang baik, ekonomi berkecukupan, reputasi dan kedudukan yang tinggi, dan sebagainya. Semua ini harus dilengkapi dengan mengungkapkan karunia tersebut dalam pelayanan kepada sesama, sehingga berkat yang kita terima menjadi berkat bagi sesama. (ap)
- Apa kira-kira wujud konkrit "pengalaman orang kusta" itu dalam hidup anda?
- Bagaimana anda membagikan berkat Tuhan kepada sesama?
Disalin dari buku Berjalan Bersama SANG SABDA, Refleksi Harian Kitab Suci 2015 - Provinsi SVD Jawa