Tata Gerak dan Sikap Umat dalam Perayaan Liturgi
Perayaan Ekaristi Hari Minggu Sabtu: 18.00; Minggu: 06.30, 08.30, 17.00
Perayaan Ekaristi Harian Senin - Sabtu: 05.30

Berlutut di gerejaAda yang bertanya, waktu imam berlutut di kaki altar, mencium altar dan saat-saat lain di mana imam berlutut atau membungkukkan badan sebagai tanda hormat, perlukah umat ikut membungkukkan badan? Sebenarnya tidak perlu. Ada waktunya imam sendirian memberi hormat, ada waktunya umat ikut memberi hormat.

Usai Doa Umat, seluruh umat duduk sementara persiapan persembahan dilakukan. Umat tetap duduk sampai imam menyampaikan ajakan, "Berdoalah Saudara-Saudari..." Saat imam mengajak umat berdoa itulah umat sudah mulai berdiri dan bukan saat awal Prefasi ketika imam mengucapkan, "Tuhan sertamu." Juga, sikap yang benar saat imam memanjatkan doa, "Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allah semesta alam..." adalah duduk.

Umat diminta membungkukkan badan saat mendaraskan Syahadat (Kredo) atau Aku Percaya, tepat sewaktu mengucapkan, "Ia dikandung dari Doh Kudus..." sampai kata-kata "dan menjadi manusia," dalam Syahadat Panjang (Syahadat Nicea - Konstantinopel, atau sampai kata-kata "yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria," dalam Syahadat Pendek (Syahadat Para Rasul). Membungkukkan badan di sini adalah ungkapan hormat kita atas misteri inkarnasi, yaitu bahwa Yesus Putra Allah dikandung oleh Perawan Maria dari Roh Kudus.

Banyak yang menanyakan tentang umat yang ikut merentangkan tangan saat Doa Bapa Kami. Sebenarnya hal ini tidak perlu, karena hanya pemimpin doa sajalah yang merentangkan tangan. Imam yang merentangkan tangan ketika Doa Bapa Kami sebenarnya sedang merangkum dan menghunjukkan seluruh doa Tubuh Mistik Kristus kepada Sang Kepala, yakni Kristus sendiri. Dengan demikian umat tidak perlu menghunjukkan doanya sendiri-sendiri dengan merentangkan tangannya karena hal itu sudah dilakukan oleh imam selebran. Lebih lanjut, bolehkah atau perlukah umat bergandengan tangan? Alangkah baiknya jika pada saat Doa Bapa Kami, umat mengatupkan tangan di dada, karena tata gerak bergandengan tangan justru melemahkan Doa Bapa Kami yang seharusnya mengarahkan kita kepada Bapa di surga dan bukan kepada sesama manusia.

Yang terakhir, umat diminta untuk menundukkan kepala saat menerima berkat Allah yang mahakuasa melalui perantaraan imam pada akhir Misa. Dengan menundukkan kepala, umat yang sudah berdiri di akhir Misa ini menyatakan kesiapannya untuk menerima berkat dari Allah.

Sumber: Katekese Liturgi 2016 - Keuskupan Surabaya